Novel ini bercerita
tentang Santiago seorang nelayan tua bersahaja yang berjuang untuk melawan
kesendirian dalam menghadapi nasib sial yang menimpanya. “Lelaki tua yang pegi ke laut seorang diri dalam perahunya di arus
teluk itu telah berlayar selama 84 hari. Selama empat puluh hari pertama
seorang bocah menemaninya. Tetapi setelah 40 hari tidak mendatangkan hasil,
orang tua si bocah mengatakan pada anaknya bahwa lelaki tua itu itu sekarang
akhirnya benar- benar menjadi salao, bentuk terburuk dari keadaan sial..,”
Manolin bocah yang
biasa menemaninya berlayar harus mengikuti kemauan orang tuanya untuk tidak
ikut perahu Santiago sang nelayan tua. Hal ini menjadi konflik tersendiri bagi
sang tokoh utama.
Jalan cerita
berlanjut dengan pelayaran Santiago berteman tubuh tuanya. Dia berlayar jauh ke
tengah lautan, jauh di antara nelayan lainnya. Berharap mendapatkan tangkapan
ikan dan pulang kembali membawa harga diri nya sebagai seorang nelayan.
Pada awal sampai seperempat
bagian dari buku ini di dominasi dengan narasi deskripsi pelayarannya dan di alog
antara Santiago dan pikiran perasaan serta tubuh tuanya sendiri. Pikirannya
tentang hidup, perasaan sepi yang meliputinya dan ringkih tubuh tuanya. Mungkin
yang di butuhkannya hanya seorang teman dan seekor ikan yang besar.
Saat mencapai bagian
tengah dari buku, merupakan klimaks cerita, harapannya mendapatkan ikan
akhirnya tercapai, kailnya di makan ikan sangat besar, tangkapan besar selama
hidupnya. Butuh perjuangan dan kesabaran tinggi untuk menaklukannya, hingga
dalam pergumulannya menaklukan ikan tersebut ia dan perahunya terseret berhari-
hari jauh ke tengah hingga akhirnya ikan itu dapat di tangkap.
Dari sekian banyak
novel yang saya baca, buku ini yang paling unik. Novel setebal 128 halaman ini
punya kerangka penceritaan yang terbatas seperti cerpen akan tetapi bisa di
deskripsikan menjadi narasi setebal 128 halaman akan tetapi tidak bertele- tele.
Kebanyakan diksi dalam buku ini bersifat naratif, tidak terlalu berbunga- bunga
seperti layaknya novel pada umumnya.
Saya berpikir,kenapa
penulis tidak mengambil banyak tokoh dengan banyak latar dan peristiwa yang
saling berkaitan sehingga elemen penceritaan menjadi sangat luas?
Karena itu buku ini
cukup membosankan bagi yang menginginkan hiburan, tetapi sangat ideal untuk di
jadikan acuan dalam seni ber narasi.
0 komentar:
Posting Komentar